
Jakarta: Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut korban gempa Cianjur, Jawa Barat, banyak yang mengalami infeksi. Yang terbanyak yakni ISPA, alergi, dispepsia, asma, diare, scabies, luka robek, myalgia, fraktur dan diabetes, karena tidak terkontrol dan sulit mendapatkan pelayanan.
“Infeksi mulai ada, baik pada anak maupun dewasa yang ditandai dengan demam dan ISPA,” kata Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi dalam keterangan resmi, Jumat, 25 November 2022.
Sementara itu, banyak kasus anak mengalami broncho pneumonia, ISPA, selain trauma seperti patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh. PB IDI telah mengirimkan relawan dokter dan nakes, termasuk obat-obatan serta pendukung pengungsi seperti selimut dan bahan makanan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Adib mengatakan tenaga medis dokter yang ada di Cianjur saat ini ialah 167 dokter umum, 21 dokter spesialis bedah, 24 dokter spesialis ortopedi, 7 dokter spesialis anestesi, 2 dokter spesialis kejiwaan utk trauma healing, 7 dokter spesialis anak dan 2 dokter spesialis penyakit dalam.
“Bantuan relawan dokter tersebut datang dari IDI wilayah dan cabang dan juga Pusat Krisis Kesehatan PB IDI. Juga ada koordinasi dengan Perhimpunan dibawah IDI seperti PABOI, IDAI, POGI, PAPDI, PERKI, PDPI,” beber dia.
Sementara untuk data nakes lainnya berdasarkan laporan dari klaster kesehatan ialah 378 perawat, 77 bidan, 11 kesehatan lingkungan, 5 tenaga surveians, 3 ahli gizi, 2 analis kesehatan dan 126 apoteker.
Adib mengakui, penanganan kesehatan di lokasi pengungsian masih terkendala sejumlah hal. Di antaranya beberapa pasien luka terbuka dan patah tulang belum tertangani karena pasien tidak mau berobat. Selain itu banyak penderita tidak mau dirujuk karena takut dirujuk ke RS di luar Cianjur.
“Selain itu belum semua aliran listrik aktif, air bersih, lokasi MCK yang belum sesua, kebutuhan alas kaki, kebutuhan sembako dan banyaknya alas tenda yang tergenang air serta kebutuhan selimut,” ungkap dia.
Sumber