Ketika Lumia Windows Phone perlahan menghilang, sebagai fanboy Nokia saya menjajal beberapa opsi Android mulai dari Xiaomi sampai LG. Sampai akhirnya pilihan jatuh kepada Pixel, dan saat ini lanjut ke Google Pixel 5a. Penawaran terbaru ‘Pixel murah’ di 2021.
Nggak lama setelah smartphone tersebut dirilis, hadir Pixel 6 yang bawa pembaruan signifikan sebagai flagship. Nah, karena Pixel 5a jadi penawaran terjangkau, lebih bisa dimaklumi kalau hardware-nya bukan yang terbaik. Beri penyempurnaan di beberapa bagian dari seri sebelumnya (Pixel 4a 5G), tapi dengan harga jual lebih murah.
Langsung aja saya katakan di depan: Pixel 5a bukanlah smartphone Android yang punya value terbaik di rentang harganya—apalagi di Indonesia. “Terus, kenapa dibeli?” Sebagai mantan pengguna Lumia, user experience tentu lebih penting dari sekadar spesifikasi di atas kertas. Hal tersebut saya dapatkan sejak mulai pakai Pixel 3 terdahulu.
Dengan begitu, smartphone ini bisa saja cocok dan tidak cocok bagi Gizmo friends yang kebutuhannya tentu berbeda-beda. Berikut adalah ulasan lengkap Google Pixel 5a yang bisa jadi bahan pertimbangan sebelum membeli.
Desain
Iya, membosankan. Desain fisik dari Google Pixel 5a terlihat sangat mirip dengan seri-seri pendahulunya. Mulai dari modul kamera, peletakan sidik jari yang masih pada bodi belakang, hingga desain keseluruhan. Bahkan ada beberapa orang yang mengira saya sedang pakai realme seri entry-level karena desain modul kamera dan peletakan sensor sidik jarinya.
Kombinasi material bodinya agak kurang umum, mengingatkan saya dengan LG G5. Karena sejatinya bodi Pixel 5a terbuat dari aluminium, namun diberi lapisan tambahan dari plastik di depannya. Benefitnya? Suhu lebih terjaga dan lebih kesat alias nggak licin. Namun juga cukup mudah berbekas sidik jari.
Gitu-gitu aja? Iya, tapi setidaknya nyaman dan ‘aman’. Ketebalannya 7,6mm, bobotnya 183 gram jadi terasa cukup kokoh dan nggak terlalu berat, dimensinya tidak sebesar smartphone Android layar 6,5 inci pada umumnya, plus sudah punya sertifikasi IP67. Jadi aman ketika terkena air, walaupun audio jack ada di atas. Yup, masih ada audio jack.
Sedikit catatan tambahan; perlu penyesuaian untuk tombol power dan volume yang ‘tertukar’. Kalau yang lain di bawah, tombol power di Pixel 5a justru di atas, terbantu dengan tekstur yang berbeda. Sisanya oke-oke saja.
Layar
Jangan bosan-bosan ketika saya banyak menyebutkan kata “biasa” pada smartphone ini, karena ya memang begitu. Spesifikasi layar Pixel 5a tidak ada yang spesial; full HD+, OLED, refresh rate 60Hz, dukungan konten HDR, that’s it. Tidak ada refresh rate tinggi yang bahkan vendor lainnya sudah bisa kasih di rentang sejutaan. Tapi nggak masalah.
Kenapa? Karena panelnya bisa tampilkan warna yang cukup akurat. Dimensinya pun masih lebih kompak dari Android kebanyakan, terbantu dari dimensi 6,34 inci plus keempat bezel (termasuk bezel bawah) yang dibuat tipis. Dan seperti Pixel pada umumnya – entah ini sugesti atau bukan – layarnya terasa lebih halus dan ‘nurut’ dibandingkan smartphone lain.
Menggunakan Pixel 5a serasa sedang memakai iPhone dengan layar 60Hz, di mana transisi antar menu dalam UI-nya lebih konsisten pada refresh rate tertinggi. Ditambah dengan vibration motor yang presisi, jadi semakin terasa sedang menggunakan smartphone flagship beneran, bukan versi murah. Lengkap dengan dukungan always-on display tentunya.
Kamera
Kalau Pixel 4a (dan dua seri Pixel lawas saya sebelumnya) hanya punya satu sensor kamera belakang, Pixel 5a kedatangan sensor tambahan yakni ultra wide-angle 16MP f/2.2. Bagaimana dengan sensor utamanya? Sama persis dengan Pixel 5 dan Pixel sebelum-sebelumnya, gunakan yakni 12MP f/1.7 dengan OIS. Absen resolusi besar dengan teknologi pixel-binning pada smartphone ini.
Kalau saya ditanya kualitas kameranya gimana, saya bilang sangat mirip dengan Pixel 3. “Wah, ketinggalan dong?” Nggak juga, karena kekuatan kamera Pixel ada pada komputasi fotografi dan AI. Mudahnya, dengan sensor sederhana, hasil foto bisa dibuat bagus berkat proses tambahan setelahnya.
Nggak perlu khawatir, karena proses olah foto berjalan di background, sehingga kamu tetap bisa terus ambil foto (meski tentu pemrosesannya tak bisa secepat flagship dengan cip Snapdragon 888). Untuk kualitasnya, tak perlu diragukan lagi. Bahkan sensor ultra wide-nya bisa hasilkan foto low-light yang sangat baik di kelasnya.
Kalau bisa disimpulkan, kualitas foto dari Pixel 5a cenderung dibuat tajam, dengan kontras yang tinggi dan tidak takut dengan munculnya noise. Ketika malam hari, noise di beberapa bagian bakal muncul, tak seperti smartphone lain yang mungkin memilih untuk memperhalus area tersebut.
Kelemahannya? Kalau kamu senang lakukan post-processing atau edit setelah foto diambil, bakal kesulitan karena hasil foto kurang netral sejak awal—untuk ini, iPhone juaranya. 150+ hasil foto lengkap dari kamera Pixel 5a bisa kamu akses lewat album berikut ini.
Lalu bagaimana dengan video? Situasi langsung berbalik 180 derajat. Kamera belakang Pixel 5a bisa rekam video sampai resolusi 4K60fps. Namun untuk frame-rate tinggi satu ini, smartphone bakal mudah overheat. Sepertinya terlalu dipaksakan dengan chipset yang sejatinya masuk kelas mid-range.
Ada banyak mode stabilisasi yang diberikan, dan berfungsi cukup baik untuk minimalisir guncangan saat perekaman. Yang kurang bagus adalah.. hasilnya. Mungkin karena video tak bisa di-improve dengan software sama seperti foto, hasilnya bahkan menurut saya pribadi masih kalah dengan iPhone lawas, jauh di bawah iPhone XR.
Mau kamera belakang dan kamera depan, ketika sudah masuk kondisi pencahayaan indoor, noise sudah mulai muncul dan hasil video bakal terlihat halus. Sejak awal, saya memang sudah berekpektasi bila hal ini terjadi. Kalau mau Pixel dengan perekaman video bagus, sepertinya baru bisa di Pixel 6 series, yang memang pakai sensor baru plus Google Tensor.
Fitur
Lewat Pixel 5a, saya pertama kali menjajal Android 12 dan memang tampilannya sangat-sangat menyegarkan. Mulai dari bar notifikasi yang lebih manis sampai jam pada home screen yang tampil sangat besar (saat tidak ada notifikasi). Warna pada teks, widget dan elemen lainnya juga bisa menyesuaikan warna yang dominan pada wallpaper otomatis.
Dan meski bawa tampilan Android murni, Google sudah mengejar ketertinggalan dengan berikan Pixel beberapa fitur ekstra, sebut saja fitur untuk rekam tampilan layar dan ambil screenshot panjang secara built-in. Fitur Now Playing juga hadir, di mana Pixel 5a bisa deteksi musik di sekitar, mencatatnya otomatis dan bisa bekerja saat offline sekalipun.

Untuk audionya sendiri, kualitas speaker stereo-nya menurut saya tergolong biasa—nilai plus untuk output yang terdengar cukup imbang. Oh, nilai plus lagi untuk keberadaan jack audio 3,5mm di atas. Nggak perlu takut air masuk ke lubang tersebut, karena sudah ada proteksi IP67.
Performa
Sejak dulu, seri Google Pixel memang tidak dikenal sebagai smartphone yang bisa kasih skor Antutu paling tinggi dengan nilai clockspeed paling besar dan lainnya. Dan untuk Pixel 5a sendiri, digunakan cip Snapdragon 765G yang sudah cukup lawas, setidaknya sudah pakai fabrikasi 7nm alias sudah tergolong efisien daya.
Kapasitas RAM-nya sendiri ‘masih’ 6GB, dengan penyimpanan internal 128GB tanpa opsi lebih tinggi maupun slot kartu microSD. Lantas bagaimana dengan performanya? Lancar dan smooth, tapi bukan yang paling gesit di kelasnya. Bahkan dengan smartphone dengan chipset sama seperti vivo X50 Pro yang sudah saya ulas dulu.
Mungkin karena RAM milik vivo lebih lega, mungkin juga karena Android 12 di Pixel 5a masih belum begitu optimal. Meski transisi lancar, terkadang lag terasa ketika sedang berpindah aplikasi, atau membuka aplikasi sejak awal. Kalau dibandingkan dengan realme GT ME, misalnya, tentu terasa kalah gesit. Jauh dari kata ‘lemot’, mungkin lebih ke penyesuaian ekspektasi ya.
Selama penggunaan, saya juga merasa smartphone ini sangat jarang panas, bahkan hangat sekalipun. Bisa jadi karena material bodinya, karena ketika sedang akses kamera terlalu intensif (sampai muncul notifikasi tidak bisa menyalakan LED flash karena panas), di telapak tangan terasa sedikit hangat saja.
Baterai
Sebelumnya, saya sempat menggunakan Pixel 3 & 3a, dan memang sampai Pixel 5 dirilis pun, tren smartphone Google tidak pernah berubah: baterai pasti boros, atau setidaknya di bawah rata-rata dibandingkan kompetitornya. Situasi ini berbalik cukup jauh dengan Pixel 5a.
Ketika membaca ulasannya pasca perilisan, saya sempat berandai-andai, ”Gimana ya rasanya pakai Pixel yang baterainya tahan seharian penuh… Nggak kebayang.” Setelah beberapa pekan dengan Pixel 5a, perandaian tersebut langsung terbukti. Bahkan dengan penggunaan intensif.
Sembari mengaktifkan mobile hotspot berjam-jam sekalipun, smartphone ini selalu masih bisa bertahan sampai tengah malam. Sementara untuk penggunaan yang lebih ringan, bisa 1,5 – 2 hari pemakaian. Padahal, baterainya ‘cuma’ 4,680 mAh saja, nggak sampai 5,000 mAh seperti kebanyakan smartphone mid-range masa kini.
Mungkin terbantu dengan optimalisasi software serta performanya yang nggak kenceng-kenceng banget. Sementara untuk pengisian dayanya, bisa dibilang agak ketinggalan, karena hanya 18W. 40% dalam waktu 30 menit, sementara untuk isi penuh butuh waktu 2 jam lebih. Well, setidaknya baterai Pixel 5a awet banget.
Kesimpulan
Kalau dari spesifikasi secara keseluruhan tidak ada yang benar-benar unggul, lantas apa yang membuat Pixel 5a ini menarik? Bagi saya, transisi UI yang smooth meski hanya 60Hz, fitur Now Playing untuk mendeteksi lagu, dimensi yang tak terlalu besar, serta baterainya yang tergolong sangat awet.
Dan yang paling utama, saya bisa aktifkan kamera Pixel 5a, ambil foto secara instan, dan mendapat jaminan tinggi momen tersebut bakal tertangkap dengan sangat baik. Tidak blur, tidak gelap, tidak salah skin tone dan lainnya yang terkadang masih ada di Android flagship lain. Mengingat saya tak selalu membawa kamera digital saat bepergian.
Tentunya semua ini hadir dengan segala konsekuensi membeli Google Pixel di Indonesia; tidak ada layanan purnajual resmi (pun cari yang bisa servis tergolong sulit) dan harganya menjadi mahal. Mau yang resmi? Dengan mudah saya merekomendasikan vivo X70 Pro atau Samsung Galaxy S20 FE.
Tapi kalau Gizmo friends cocok dengan semua kelebihan yang ditawarkan Pixel 5a, maka silakan. Ambil risikonya, go get your Pixel!
Spesifikasi Google Pixel 5a

General
Device Type | Smartphone |
Model / Series | Google Pixel 5a |
Released | 17 Agustus, 2021 |
Status | Available |
Price | Rp10.500.000 (non-resmi) |
Platform
Chipset | Qualcomm SM7250 Snapdragon 765G (7 nm) |
CPU | Octa-core (1×2.4 GHz Kryo 475 Prime & 1×2.2 GHz Kryo 475 Gold & 6×1.8 GHz Kryo 475 Silver) |
GPU | Adreno 620 |
RAM (Memory) | 6GB |
Storage | 128GB |
Operating System | Android 12 |
User Interface | Stock Android |
Design
Dimensions | 154.9 x 73.7 x 7.6 mm |
Weight | 183 gram |
Design Features | Aluminium (frame & back) Gorilla Glass 3 (front) Warna: Mostly Black |
Battery | 4680 mAh 18W USB PD 2.0 |
Display
Screen Type | Super AMOLED capacitive touchscreen, 16M colors |
Size and Resolution | 6.34″, full HD+ 2400×1080 pixels (415 ppi) |
Touch Screen | Capacitive Touchscreen |
Features | Gorilla Glass 3 Single punch hole camera 60Hz refresh rate |
Network
Network Frequency | GSM / HSPA / LTE / 5G |
SIM | Dual-SIM |
Data Speed | HSPA 42.2/5.76 Mbps, LTE-A, 5G |
Camera
Multi Camera | Yes (Rear) |
Rear | 12.2 MP, f/1.7, 27mm, (wide), 1/2.55-inch, 1.4µm, dual pixel PDAF, OIS; 16 MP, f/2.2, 119˚ (ultrawide), 1.0µm |
Front | 8 MP, f/2.0, 24mm (wide), 1.12µm |
Flash | Yes |
Video | Front Camera: 1080P/[email protected]; Rear Camera: 4K 30/60fps; [email protected]/30fps; [email protected]/30fps |
Camera Features | Portrait Mode, Night Sight, Motion Photos, Time Lapse, Slow Motion, Astrophotography |
Connectivity
Wi-fi | Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, dual-band, Wi-Fi Direct, hotspot |
Bluetooth | 5.0, A2DP, LE, aptX HD |
USB | USB Type-C 3.1 |
GPS | Yes, with A-GPS, GLONASS, GALILEO, QZSS, BDS |
HDMI | No |
Wireless Charging | No |
NFC | |
Infrared | No |
Smartphone Features
FM Radio | Yes |
Web Browser | HTML 5 |
Messaging | SMS, MMS, Online |
Sensors | Fingerprint (rear-mounted), accelerometer, gyro, proximity, compass, barometer |